I Sekar Sandat : Potret Wanita Bali dalam Hegemoni Patriarki
Beberapa bulan setelah pernikahan Luh Sekar dengan lelaki bangsawan, adik kandungnya, Sandat menikah juga dengan seorang lelaki kaya raya. Luh Sekar hidup dengan menyandang status baru sebagai seorang “jro” di puri yang bertuah itu . Sedangkan Sandat hidup bergelimang harta di rumah Bali “ meprada” yang megah . Kehidupan masa “ bajang” Luh Sekar dan Sandat diwarnai dengan jejalan aktivitas penanaman nilai adat dan “adab” sebagai kodrat kedua manusia itu lahir menjadi perempuan. Ibu mereka , Ketut Wangi begitu ketat dalam menanamkan doktrin-doktrin sesuluh menjadi seorang wanita yang tau adab dan adat . Ketut Wangi tak ingin membuat kecewa lagi seluruh dunia dengan tidak melahirkan anak lelaki , setidaknya kedua anak gadisnya berhasil menjadi wanita Bali yang sesungguhnya dan kelak bisa menikah dengan keluarga yang terhormat . “Lihatlah kedua putri kita Bli , mereka cantik , cekatan . Tidak ada kekurangan dalam diri mereka. Kelak mereka akan membangga...