Postingan

Menampilkan postingan dari April, 2021

I Sekar Sandat : Potret Wanita Bali dalam Hegemoni Patriarki

    Beberapa bulan setelah pernikahan Luh Sekar dengan lelaki bangsawan, adik kandungnya, Sandat menikah juga dengan seorang lelaki kaya raya.   Luh Sekar hidup dengan menyandang status baru sebagai seorang “jro”   di puri yang bertuah itu . Sedangkan Sandat hidup bergelimang harta di rumah Bali “ meprada” yang megah . Kehidupan masa “ bajang” Luh Sekar dan Sandat diwarnai dengan jejalan aktivitas penanaman nilai adat dan “adab” sebagai kodrat kedua manusia itu lahir menjadi perempuan. Ibu mereka , Ketut Wangi begitu ketat dalam menanamkan doktrin-doktrin sesuluh menjadi seorang wanita yang tau adab dan adat . Ketut Wangi tak ingin membuat kecewa lagi seluruh dunia dengan tidak melahirkan anak lelaki , setidaknya kedua anak gadisnya berhasil menjadi wanita Bali yang sesungguhnya dan kelak bisa menikah dengan keluarga yang terhormat . “Lihatlah kedua putri kita Bli , mereka cantik , cekatan . Tidak ada kekurangan dalam diri mereka. Kelak mereka akan membangga...
 Terkhusus hari ini memperingati Hari Kartini , maka  tulisan ini adalah sebuah perayaan bagi kebebasan   untuk kita semua , utamanya perempuan ,karena  kita adalah jiwa-jiwa muda bahagia sebab pikiran kita merdeka.    Di laut sana , Kan kau temukan birunya laut tanpa tepi , Di atas sana , Kan kau temukan birunya langit tanpa batas , Nan jauh di Barat sana , Kan kau temukan ilmu tanpa kenal kuantitas , Dan di dalam dirimu sendiri , Kan kau temukan jiwa yang bahagia , Karena pikiranmu yang merdeka.