Postingan

Menampilkan postingan dari Januari, 2022

SANDIKALA

  Jangan bermain di waktu Sandikala, nanti disembunyikan “memedi”,   begitu kata orang tua dulu ketika menasehati anaknya agar tidak bermain sampai larut. Ya, betul. Dayu Tantri, gadis itu juga hilang ketika sandikala. Kehidupan gria memang penuh dengan aturan dan tata krama. Bagaimana tata kata, berperilaku, bersikap, berpakaian telah diatur sedemikian rupa, apik dan terlihat bertuah di mata masyarakat. Tantri, lahir sebagai perempuan keturunan brahmana yang begitu keras dalam menjaga pakem gria, membuat sosoknya sebagai perempuan remaja yang terlihat lebih matang dari teman-teman seusianya. Ayahnya, Ida Bagus Dwija merupakan tokoh yang begitu dihormati masyarakat. Ibunya, Dayu Praba adalah seorang pembuat banten yang keanggunannya begitu dipuja masyarakat. Bisa dibayangkan, paras nan kecerdasan Tantri tidak diragukan lagi.   Sebagai putri tunggal, Ida Bagus Dwija menaruh harapan besar pada Tantri. Harapan besar itu pula yang akhirnya menyulut amarah dan luka ketika ...

'Ning'

  “ Ning, dia telah tiada” “ Siapa ?!” “ Dia “ ucap Meme lirih Bunyi gong terdengar semakin semarak,   di balik kerai nampak seorang perempuan muda tengah bersiap. Panggung ini bukan panggung baru lagi bagi Ning, berbagai pelosok desa telah ia kunjungi tuk memuja semesta, katanya. Ning mulai menampakkan diri, di depan sebagai seorang penari. Riuh rendah mewarnai acara tersebut, apalagi ketika menyambut lemah gemulai Ning menari. Semua pemuda saling mendorong kawannya untuk menari bersama Ning di tengah panggung, Ning semakin gemulai menari dan terhanyut ke dalam alunan nada, Ning tertawa bahagia begitu menikmati lakonnya sebagai seorang pemuja semesta. “ Mau tiang antar pulang?” kata seorang pemuda dengan sigap mengambil motornya untuk mengatar Ning “ Ah, Bli Suwana!, tiang pikir siapa!” jawab Ning dengan sumringah lalu naik ke atas motor Ah, Ning dan Suwana, tak ada bedanya dengan pemuda yang sedang mabuk asmara. Keduanya dikatakan pasangan nyaris sempurna, ...

Apa ya?

 Halo,  Rasanya lama sekali tak menyapa. Bahkan untuk mulai mengetik dua kalimat di atas saya perlu berpikir lama. Ah, artinya sudah lama sekali saya tak mengisi diri ketika membiasakan diri untuk tidak menulis lagi.  Tulisan ini bahkan mungkin juga memang, tidak ingin menyampaikan apapun. Selain hanya untuk menyapa. Menyapa kalian ataupun menyapa diri sendiri.  Semacam, apa kabar?