Nyoman Ledor : Sepenggal Ironi Adat dan Kemanusiaan
' Nyoman Ledor mati!'
Riuh warga Banjar
menuju rumah 'gubuk' Nyoman Ledor. Membawa kasa
,beras ,gula juga kopi
Begitulah. Bali dalam
balutan adat .
Upacara
kelahiran hingga kematian identik dengan '
madengokan'. Beserta membawa beras ,gula dan lain-lain esuai dengan acaranya. Jelas
yang lumrah saya temui dan tau pasti
selalu ada beras dan gula. Namun ,adakah yang sadar? Kematian Nyoman Ledor
sebenarnya adalah ironi dan tragedi bagi kemanusiaan sekaligus adat.
Dari
lahir hingga kematiannya datang ,Nyoman Ledor tak ubahnya orang yang 'stagnan'
,tidak berkembang ,maklum dia tidak belajar,alias tidak sekolah dan buta huruf.
Lahir dan hidup dengan 7 orang saudara sedangkan orangtua hanya menggarap sawah milik pejabat desa, tak
salah membuat mereka dililit kebodohan dan kemiskinan. Nyoman adalah anak
laki-laki satu-satunya, keenam saudari perempuannya kini sudah menikah, jauh
nan ke ujung Bali timur . Namun kondisi tak ubah sama , masih terlilit
kemiskinan. Kehidupan Nyoman pun sama , kecuali setelah menikah dengan Luh Putu
kehidupan Nyoman Ledor sedikit berubah ,dari menggarap sawah milik orang jadi megae ke ' Badung' membantu ternak Babi
milik kerabat Luh Putu. Ya ,Luh Putu juga bukan orang yang berasal dari keluarga
mampu ,tapi setidaknya dia lebih tinggi pendidikannya dari Nyoman Ledor 'kelas 2Sd' itulah pendidikan terakhir Luh
Putu ,meski demikian Luh Putu orang yang cukup fasih untuk membaca dan
berhitung ,sekedar menghitung uang barangkali seribu ,dua ribu ,ia mampu. Seperti biasa ,Nyoman Ledor memulai paginya dengan menggarap sawah tetangga.
Lepas sore ,ia kembali ke 'gubuk' nya. Begitulah hari-hari Nyoman Ledor .
Diselingi kegiatan adat ,mebanjar.
Setelah menikah dengan Luh Putu, setiap hari Sabtu dan Minggu 'yang menurut
perhitungan Luh Putu' , Nyoman Ledor akan 'luas
ke Badung' membantu kerabat Luh Putu berternak babi barang 2 Ekor. Dengan ' numpang Bemo' atau kadang 'numpang'
dengan tetangga yang juga ' luas ke
Badung'
Oh ,begitulah hidup
Nyoman Ledor dan Luh Putu, barangkali kehidupan Nyoman sekarang lebih baik sejak bersama orang yang dicintai.
Keduanya
lalu punya anak laki-laki, tak lama kemudian disusul juga dengan anak
laki-laki lagi. Sungguh kalau kata orang Bali ' mih ,agetne
muani muani '. Artinya beruntung anaknya laki-laki. Ah tapi ,adakah yang tau ,kehidupan Nyoman tak
seberuntung itu? . Barangkali adakah yang paham kalau anak laki-laki juga bukan
berarti bisa disamakan dengan kehidupan yang penuh berkat? Malahan ,kehidupan Nyoman agaknya semakin sulit
,ada 2 orang yang menggelayuti beban pundaknya.
Meskipun tak sekolah ,buta huruf , Nyoman tetaplah manusia yang paham kalau dirinya harus bertahan hidup
dan menghidupi 3 orang yang dikasihinya.
Banting
tulanglah Nyoman pagi malam ,apa-apa asal bisa menghasilkan uang. Tapi tetap
saja, sesuai dugaan pasti pas-pasan ,cenderung kekurangan. Bantuan tetangga
,datang silih berganti kalau yang tidak di sebelah kiri ,pasti di sebelah
kanan. Untuk sekedar memberi 'nasi'
juga kalau ada acara memberi sedikit lauk yang tersisa.
Ah ,agaknya sebagai orang yang makan pas-pasan ,buta huruf ,banyak beban untuk sekadar paham dirinya butuh istirahat , atau bahkan cek kesehatan puskesmas Nyoman tak sempat. Luh Putu juga demikian ,sibuk mengurusi anak-anak yang merengek minta dibelikan jajan. Hingga ,Nyoman jatuh sakit ' bah' istilahnya di Bali . Setelah memforsir diri bekerja ,tanpa jeda. Nyoman Ledor akhirnya ' bah' , hampir seminggu tidak bisa ke sawah, juga tidak luas ke Badung'.Seperti biasa ,tetangga kiri kanan datang, tapi juga tidak bisa membantu banyak. Untuk sekedar membawakan nasi dan membelikan Paracetamol di warung. Tak seorang juga sadar ,laki-laki kerempeng berkulit legam itu sekarang tak pernah muncul ,pun dalam kegiatan adat ,tak salah ,Nyoman memang pendiam,dia rendah diri.
" Gelem kebus dingin '' begitulah kira-kira jawaban tetangga kiri
kanan Nyoman ketika beberapa tetangga lain sadar Nyoman tak pernah beraktivitas
di luar . Dari 5 orang yang bertanya , 10 orang yang tau dari bisik-bisik
tetangga ,yang datang cuma 3 orang ,jarang-jarang membawakan nasi dan juga
lauk. Begitulah ,besoknya juga lupa, apakah Nyoman ,Luh Putu dan 2 anaknya
sudah makan apa belum ,seolah terlupakan.
Dua
Minggu kemudian ,Nyoman dikabarkan
meninggal. Luh Putu menangis di pojokan ,anak-anaknyanya yang tak paham apa
,juga ikut menangis sebab kelaparan. Berita kematian Nyoman tersebar di
lingkungannya. Semua warga riuh berdatangan ke pekarangan Nyoman membawa gula
,beras ,kopi, kasa dan tak lupa rasa
' belasungkawa'
'
Sabar nah Tu, kene je pejalane' kata seorang tetangga
pada Luh putu
Begitulah
,kehidupan Nyoman dan kematiannya. Kehidupannya seolah bukan sambutan , tapi
kematiannya seolah dirayakan dengan penuh kepedulian. Gula ,kopi ,beras semua
berbondong membawakannya . Tapi adakah yang peduli? Ketika semasa hidup
laki-laki kerempeng ini? Barangkali ada ,satu atau dua . Tapi ketika mati,
semua orang datang merayakan. Membawa gula ,kopi,beras dan kasa!
Ya, setidaknya ,
anak-anak Nyoman tak merengek kelaparan selama sebulan kedepan!
Keren
BalasHapussekedar info, gak baca, langsung komen aja
BalasHapus🌳🌱
BalasHapus